240209-Sekat-Kanal-STI-Buntoi-s3-1.jpeg

Pengawasan Sarianto, Mendampingi dan Memimpin Pembangunan Sekat Kanal

Fitur fisik yang jelas terlihat sosok laki-laki gagah berdiri. Terlihat sedang memantau dan turun tangan memeriksa setiap inci balok kayu, tangan yang bergerak meneliti dan memastikan pondasi sekat yang kokoh.  Laki-laki itu adalah Sarianto (48) yang menjadi pemimpin kegiatan pembangunan sekat kanal sekaligus sebagai Technical Officer (TO) KPSHK.

Kebakaran besar terakhir yang terjadi pada tahun 2015 dan tahun 2019 yang berada pada kawasan hutan dan kebun-kebun milik masyarakat menjadi pengalaman bagi Sarianto apalagi Tahun 2023 terjadi Karhutla di Kecamatan Kahayan Hilir. https://kpshk.org/pasukan-elit-kahayan-hilir-menangani-bencana-karhutla/

Program Pengelolaan Terpadu Ekosistem Hutan Gambut (PTEHG) di Kecamatan Kahayan Hilir, merupakan salah satu program yang dijalankan oleh KPSHK. Lokasi kegiatan berada di areal 4 Hutan Desa (HD) yang merupakan wilayah ekosistem gambut. KPSHK dengan program PTEHG, melakukan beberapa kegiatan untuk pemulihan ekosistem gambut. Salah satunya, pembangunan sekat kanal untuk mencegah dan memadamkan api karhutla.

“Bercermin dari pengalaman karhutla yang terjadi Tahun 2023, walaupun ada tim patroli yang memiliki peralatan atau mesin yang lengkap akan percuma jika tidak ada kesediaan air apalagi jika kondisinya musim kemarau” Jelas Sarianto mengingat kejadian karhutla yang terjadi tahun kemarin.

Sarianto menambahkan bahwa air perlu dibendung supaya bisa ditampung sehingga saat musim kemarau atau karhutla terjadi setidaknya kesediaan air dapat membantu memadamkan api. Sekat kanal adalah bangunan penahan air yang dibangun di dalam badan kanal atau parit dengan tujuan untuk mengurangi laju aliran keluar dan mempertahankan dan/atau menaikkan simpanan air pada badan kanal dan daerah sekitamya. Prinsip kerja sekat kanal adalah menahan dan menampung air selama mungkin di dalam wilayah Kesatuan Hidrologi Gambut (KHG).

“Sebelum pembangunan sekat kanal diperlukan dokumen perencanaan pembangunan sekat kanal yang salah satu isinya adalah pembuatan Detail Engineering Design (DED)” Ujar Sarianto

Sarianto mengutarakan bahwa kegiatan persiapan pembangunan sekat kanal juga dilakukan kegiatan evaluasi terkait sekat kanal yang telah dibangun sebelum program PTEHG dilaksanakan. Evaluasi yang dimaksud adalah keefektifan pembangunan sekat kanal di lokasi-lokasi yang telah ditentukan, bentuk/jenis sekat kanal, bahan dan material yang digunakan dalam pembangunan sekat kanal.

“Analisis keefektifan sekat kanal sebelum program PTEHG telah dilakukan oleh tenaga ahli di 4 hutan desa” Ucap Sarianto

Setelah hasil analisis keefektifan, persiapan pembangunan sekat kanal dilanjutkan dengan penentuan lokasi sesuai dengan hasil survey kemudian pembentukan tim sekat kanal. Tim yang terlibat pembangunan sekat kanal sebanyak 7 orang per desa, setiap desa memiliki ketua tim namun Sarianto tetap menjadi penanggung jawab memimpin 4 tim yang berasal dari masyarakat 4 desa.

“Jika tim sudah terbentuk, langkah selanjutnya pelatihan secara materi dan praktek pembangunan sekat kanal dimulai dari instruksi kerja, bentuk sekat kanal, dsb” Ujar Sarianto

Penentuan lokasi pembangunan berdasarkan hasil survey dan saran dari Ketua LPHD dan masyarakat disesuaikan dengan kondisi di lokasi. Menurut Sarianto, rata-rata pembangunan membutuhkan waktu 4 – 10 hari per desa tergantung lebar sekat kanal. Sarianto menuturkan bahwa saat ini, sekat Kanal yang sudah selesai dibangun di Desa Gohong ada dua yaitu Sei Hantupa dan Sei Ulin, Desa Mantaren satu titik di Sei Sala, Desa Buntoi ada dua titik, di Saluran Tersier Induk (STI) dan Sei Asem (Batas area penggunaan lain dan hutan produksi). Rencana pembangunan sekat kanal selanjutnya di Buntoi yaitu Sei Asem (batas hutan produksi dan hutan desa).

“Bahan pembangunan menggunakan bahan kayu Benuas dengan ukuran 5x 10 m dan papan ukuran 2 x 20 m. Kayu Benuas atau kayu Bengkirai adalah kayu khas Kalimantan yang awet dan tahan lama ” Jelas Sarianto

Selama ikut turun tangan mendampingi pembangunan sekat kanal, Sarianto menemukan satu kendala yang terjadi saat pembangunan di Sei Sala, Desa Mantaren I. Kendala tersebut yaitu arus yang terlalu kencang dan air yang dalam akibat musim penghujan. Arus yang besar terjadi karena Sei Sala merupakan tempat atau pusat berkumpulnya air. Namun, hal tersebut masih bisa dikendalikan dengan menunggu debit air berkurang dan dilakukan dengan penambah penahan (balok) agar pondasi tidak roboh atau kuat. Setiap sekat kanal yang sudah terbangun wajib ditanam pohon. Pohon dapat menyerap air sehingga lingkungan sekitar bisa terjaga.

Menurut Sarianto bahwa memantau tidak hanya melihat tanpa melakukan tindakan, tetapi juga mengamati setiap detail selama pembangunan dilakukan. Teliti memeriksa setiap balok kayu dan papan yang akan digunakan. Termasuk mengawasi secara rutin sekat kanal yang selesai dibangun dan mengamati debit air sebelum dan sesudah pembangunan.

Penulis : Alma Tiara

Editor : Aris Mawanto

Sumber :

https://kpshk.org/pasukan-elit-kahayan-hilir-menangani-bencana-karhutla/

Sarianto sebagai Technical Officer Rehabilitasi dan Konservasi KPSHK

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *