Anggrek Mahkota Kehidupan Hutan Gambut

Anggrek

Keheningan malam berselimut langit

Kehangatan mentari sambut pesonamu

Mahkota mewah alam yang berirama

Keindahan lentik berwarna memancar

Sirami sembilu sejauh mata memandang himba kami

Kasih Sayang, Harapan, Perjuangan, dan Kekuatan

Tetaplah hidup jangan punah dirimu

Anggrek ditepian restorasi gambut

Aris-Yasmin, Kota Hujan, 24 Juni 2024

Bagi para pecinta tanaman hias, tanaman Anggrek  menjadi salah satu tanaman penghias halaman dan dekorasi dalam rumah, karena memiliki keindahan yang beraneka ragam bentuk dan warna yang indah nan memikat. Tumbuhan/tanaman anggrek umumnya tumbuh dan tersebar dari daerah tropika basah dataran rendah.

Tumbuhan anggrek sebagai tanaman hias memiliki nilai ekonomi yang tinggi bagi para pecinta tanaman hias. Selain sebagai tanaman hias, anggrek juga berperan dalam ekosistem sebagai bioindikator kesehatan ekosistem, indikator perubahan iklim baik regional maupun global, serta sumber senyawa bioaktif dalam kesehatan (Widjaja et al. 2014). Sebagai ekosistem salah satu sumber kehidupan bagi hewan semut, rayap dan lebah.

Salah satu tumbuhan Anggrek yang dijumpai oleh tim KPSHK di HD Buntoi dikenal Anggrek Panjat Rapuh dalam latinnya Dipodium pictum. Sifat fisik tanaman anggrek tersebut merambat, daun tersusun ramping dalam satu bidang bertumpuk dan panjangnya sekitar 30 sampai 40 cm dan lebar 2 sampai 3 cm. Bunganya berdiameter sekitar 5 cm dan memiliki bintik-bintik merah marun.

“Tumbuhan anggrek ini di jumpai di hutan desa Buntoi dekat menara pantau ke dua”, ujar Abdul Azis selaku Peat Restoration Manager KPSHK, ketika sedang melakukan pengecekan pembuatan menara pantau ke dua di Hutan Desa Buntoi.

“Sebenarnya untuk tumbuhan anggrek ini sesekali dijumpai dan tersebar di 4 hutan desa juga“ , tambahnya sembari menunjukan foto tanaman anggrek tersebut.

Tumbuhan Anggrek jenis Dipodium pictum  tersebar di 4 hutan desa yakni HD Buntoi, HD Mantaren I, HD Kalawa dan HD Gohong. Saat ini 4 HD tersebut bersama KPSHK (Konsorsium Pendukung Sistem Hutan Kerakyatan) bekerja sama dalam program PTEHG (Pengelolaan Terpadu Ekosistem Hutan Gambut) dalam rangka restorasi hutan gambut yang tengah berlangsung memasuki tahun ke tiga.

Dipodium pictum tersebut umumnya dijumpainya di HD tidak jauh dari perbatasan dengan Hutan Produksi yang dimanfaatakan oleh masyarakat. Informasi dari masyarakat yang tergabung sebagai tim TPH program PTEHG, dalam melakukan penyusuran patroli hutan desa mengungkapkan bahwa tumbuhan jenis anggrek yang indah tersebut sudah langka jarang dijumpai.

Karlin selaku Ketua LPHD Buntoi dalam perbincangan juga menyampaikan bahwa, “Tanaman anggrek dulu sangat banyak khususnya Hutan Desa Buntoi kami, ada bermacam-macam anggrek, kantong semar juga banyak. Yah… tapi sekarang beginilah keadaan hutannya, saya hanya bergantung kepada anak cucu kita selanjutnya”.

Ditengah hutan gambut menyembuhkan diri dari luka karhutla yang bertubi tubi beberapa tahun terakhir, anggrek bagai dewi mahkota yang hadir menyirami kesedihan masyarakat. Temuan tumbuhan anggrek diharapkan sebagai bukti bahwa ekosistem hutan gambut perlahan mulai membaik. Melalui restorasi PTEHG di 4 HD Kahayan Hilir diharapkan mampu mengembalikan fungsi ekosistem hutan gambut sebagai tempat tinggal dan berlangsungnya kehidupan keanekaragaman flora dan fauna.

Penulis : Aris

Editor : Joko & Alma

  1. ^ ” Saran Konservasi yang Disetujui untuk Dipodium pictum ” ( PDF ) . Komite Ilmiah Spesies Terancam. 2008 . Diakses pada 31 Januari 2014 .

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *