Di bawah terik matahari yang seolah membakar bumi, tim patroli hutan melangkah tanpa gentar. Keringat mengalir deras seperti sungai di tubuh mereka, membasahi pakaian yang sudah berat oleh keringat dan debu. Matahari di atas kepala begitu garang, seakan ingin mencairkan semangat mereka. Namun, tekad mereka jauh lebih kuat daripada panas yang menyengat.
Mereka berjalan di atas tanah yang memantulkan panas, seperti berdiri di atas bara api. Meski peluh membasahi wajah dan mata mereka perih oleh garangnya sinar matahari, mereka terus maju. Setiap tetes keringat adalah bukti pengorbanan, dan setiap langkah adalah sumpah setia mereka pada hutan. Tak peduli betapa panasnya hari itu, semangat mereka tak akan pernah layu. Mereka adalah penjaga hutan, yang takkan pernah menyerah walaupun matahari terasa seakan menyala-nyala di atas kepala mereka. Demi hutan yang mereka cintai, mereka rela menantang matahari, seakan berkata, “Panas ini takkan bisa menghentikan kami.”
Herun adalah anggota tim patroli hutan yang biasa bertugas di Hutan Desa Gohong. Dalam tugasnya menjaga hutan, ada banyak kisah menarik yang ia alami bersama rekan-rekannya. Salah satunya adalah pengalaman tak terlupakan saat berhadapan dengan “lelawah,” sebutan mereka untuk lebah hutan yang kerap kali menghadirkan petualangan mendebarkan.
Salah satu cerita lucu dan berkesan dari Herun adalah ketika mereka berhadapan dengan lebah saat air hutan sedang tinggi. Saat itu, salah satu anggota tim menjadi perintis jalan dan tiba-tiba berteriak, “Woy, awas lelawah!” Namun, sayangnya, ia malah tersengat lebah dan karena panik, ia langsung berlari dan menyelam ke dalam air.
“Kami yang di belakang langsung berbalik badan dan berlari sambil menertawakannya,” cerita Herun sambil tertawa.
Namun, karena airnya dalam, langkah mereka menjadi lambat, dan lebah pun berhasil menyusul mereka. Pada akhirnya, mereka semua tersengat dan ikut menyelam ke dalam air untuk menghindari serangan lebah.
“Kalau ada lebah, setia kawan hilang!” kelakar Herun.
Menghadapi lebah memang sudah menjadi bagian dari risiko saat patroli di hutan. Herun menjelaskan, sengatan lebah bisa membuat demam dan rasanya sangat sakit. Maka, ketika lebah mulai mengejar, mereka seringkali berpencar untuk menyelamatkan diri masing-masing.
“Daripada kami ikut tersengat, lebih baik kami berlari agar ada yang selamat dan bisa menolong yang tersengat,” tambahnya.
Namun, berlari bukan berarti jaminan selamat. Saat air hutan sedang dalam, pergerakan menjadi sulit, dan tak jarang mereka tersengat juga. Bahkan, dalam kondisi panik dan berusaha kabur dari lebah, mereka sering menabrak pohon atau terpeleset dan jatuh berguling. Ini menjadi salah satu pengalaman lucu namun juga menegangkan saat bertugas.
Tim patroli hutan biasanya membawa kotak P3K, namun mereka juga sering menggunakan obat tradisional yang tersedia di lokasi hutan.
“Kami lebih praktis menggunakan obat tradisional berupa dedaunan yang ada di hutan,” ujar Herun.
Selain menghadapi lebah, tim patroli juga sering mengalami kesulitan lain saat bertugas, terutama saat harus menginap di dalam hutan. Mereka tidur seadanya di tenda sederhana, dikelilingi oleh binatang hutan seperti lalat, ular, dan biawak. Terkadang, ular dan biawak bahkan melewati mereka saat tidur karena tenda mereka sangat terbuka.
“Kalau airnya dalam, kami tidur setengah tergenang air,” kata Herun
Menggambarkan betapa kerasnya kondisi patroli di hutan. Namun, meskipun sering mendengar bunyi aneh dan suara makhluk yang tidak dikenal, mereka tetap fokus menjalankan tugas demi menjaga kelestarian hutan.
Kisah Herun dan tim patroli Hutan Gohong menunjukkan dedikasi dan keberanian mereka dalam menjaga hutan, meskipun harus menghadapi berbagai risiko dan tantangan. Dengan semangat tinggi dan komitmen yang kuat, mereka terus berpatroli, memastikan hutan tetap terjaga dari segala ancaman. Cerita-cerita unik ini menggambarkan betapa menantangnya pekerjaan menjaga hutan, namun juga menunjukkan keindahan dan kekompakan tim di tengah kerasnya alam liar.
Penulis: Alma Tiara
Editor: Joko Waluyo
Add a Comment