Selama 1,5 tahun terakhir, KPSHK telah melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki ekosistem gambut di empat wilayah hutan desa di Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, melalui program Pengelolaan Terpadu Ekosistem Hutan Gambut. Studi dasar hidrologi, biodiversitas, dan penggunaan lahan adalah salah satu kegiatan yang telah dilakukan. KPSHK telah menentukan sebaran titik sekat kanal di empat Hutan Desa berdasarkan data baseline.
KPSHK memberikan pelatihan pembangunan sekat kanal kepada masyarakat selama dua hari pada 27 & 28 Januari 2024. Pelatihan didampingi oleh Kitso Kusin dan Sampang sebagai tenaga ahli hidrologi gambut. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk mempersiapkan pengetahuan tentang pembangunan sekat kanal.
Sampang menyampaikan bahwa pembasahan gambut dapat didefinsikan sebagai suatu tindakan atau upaya secara aktif untuk melakukan pembasahan kembali gambut yang kering melalui pembangunan infrastruktur pembasahan gambut seperti sekat/tabat kanal, penimbunan kanal, sumur bor, dan teknik-teknik lain sesuai perkembangan teknologi.
“Ada 3 teknik pembasahan gambut saat ini yaitu sekat kanal, penimbunan kanal, dan sumur bor” Ujar Sampang pada pelatihan
Sekat kanal adalah bangunan penahan air yang dibangun di dalam badan kanal atau parit dengan tujuan untuk mengurangi laju aliran keluar dan mempertahankan dan/atau menaikkan simpanan air pada badan kanal dan daerah sekitarnya. Prinsip kerja sekat kanal adalah menahan dan menampung air selama mungkin di dalam wilayah Kesatuan Hidrologi Gambut (KHG).
Menurut Sampang bahwa teknik pembasahan gambut dengan sekat kanal dapat dilaksanakan dikawasan dengan fungsi budidaya maupun Kawasan konservasi/lindung,dengan perbedaannya terletak pada perangkat pengatur muka air berupa peluap atau pelimpah air (spillway).
“Prioritas kanal yang disekat adalah daerah-daerah yang rentan mengalami kekeringan (akibat adanya kanal) dan rentan terbakar” Jelas Sampang
Sampang menambahkan bahwa kanal yang disekat tidak mengganggu jalur transportasi masyarakat (apabila kanal tersebut juga merupakan jalur navigasi masyarakat). Sekat kanal dapat dimodifikasi dengan spillway yang bisa digunakan untuk jalur transportasi seperti perahu dan kelotok kecil yang menggunakan mesin. Saluran drainase atau kanal pada lahan gambut cenderung mengeluarkan atau melepaskan air, sehingga lahan gambut menjadi kering, mudah teroksidasi dan melepaskan karbon dalam jumlah yang besar, penurunan muka gambut dan sangat rentan terbakar.
Kitso menyampaikan bahwa tahapan pembangunan sekat kanal dimulai dari penentuan posisi sekat kanal, pengukuran muka air, pemasangangan pipa PVC, pemasangan pipa subsiden, dan melihat pertumbuhan dan perkembangan vegetasi disekitar sekat kanal.
“Pengukuran dan pemantauan tinggi muka air di kanal dan di lahan sebelum dan sesudah sekat kanal dibangun, dengan menggunakan sensor tinggi muka air (water logger) atau pengukuran secara manual, baik air didalam kanal pada lahan” Jelas Kitso
Pemeliharaan sekat kanal perlu diperhatikan, saat pembangunan sekat kanal (penimbunan). Kondisi timbunan setelah 1 minggu biasanya ada penurunan timbunan sehingga perlu pemeliharaan untuk menambah timbunan. Menambah timbunan dilakukan seminggu sekali selama 2 bulan, kemudian selanjutnya setiap 3 bulan sekali.
“Kanal-kanal perlu disekat/blok sehingga pelepasan carbon, subsidence dan kebakaran lahan dapat diminimalisir” Ucap Kitso
Penulis : Alma Tiara
Editor : Aris Mawanto
Sumber:
Pelatihan Pembangunan Sekat Kanal KPSHK
Add a Comment