Pembuatan Sumur Bor tim TPK Buntoi. Sumber Foto: Azis_K.P.SHK.

Membangun Sumur Bor Mencegah Karhutla

Hutan gambut di Kalimantan Tengah memiliki peran penting dalam menjaga ekosistem dan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Namun, ancaman kebakaran hutan yang kerap terjadi di musim kemarau menjadi tantangan besar. Salah satu insiden terjadi pada September 2023, ketika kebakaran di Pulang Pisau meluas hingga ke wilayah program (Pengelolaan Terpadu Ekosistem Hutan Gambut) PTEHG. Selang satu tahun kemudian, pada musim kemarau September 2024, kebakaran kembali terjadi di kawasan lahan perkebunan masyarakat berbatasan wilayah PTEHG. Berkat kesiapsiagaan (Tim Darurat Karhutla) TDK merupakan gabungan dari (Tim Patroli Karhutla) TPK dari empat (Lembaga Pengelolaan Hutan Desa) LPHD di Buntoi, Mantaren I, Kalawa, dan Gohong, kebakaran tersebut berhasil dipadamkan.

Sebagai langkah mitigasi berkelanjutan, PTEHG melaksanakan pembangunan sumur bor di empat desa untuk memastikan ketersediaan sumber air bagi tim patroli di lokasi-lokasi rawan kebakaran. Pembuatan sumur bor terus dilaksanakan di kawasan ke empat hutan desa tersebut. Pada September 2024, setiap LPHD dari Desa Buntoi, Mantaren I, Kalawa, dan Gohong menargetkan pembuatan sepuluh sumur bor baru sebagai bagian dari rangkaian tahap kedua program pembuatan sumur bor. Hingga saat ini, total telah mencapai delapanpuluh unit sumur bor hasil dari tahap pertama dan kedua.

Pembuatan sumur bor melibatkan LPHD dan tim patroli sebagai pelaksana teknis dilapangan. Selain itu, aparatur kelurahan juga turut dilibatkan dalam memberikan persetujuan dan pemberitahuan terkait aktivitas pembuatan sumur bor. Ketua LPHD Desa Buntoi, Karlin (75), menyampaikan pentingnya koordinasi dengan berbagai pihak untuk keberhasilan kegiatan ini.

“Pembangunan sumur bor tidak hanya mendukung upaya pencegahan kebakaran, tetapi juga memperkuat kesadaran masyarakat dalam menjaga hutan desa. Kami bekerja sama dengan banyak pihak agar pelaksanaan berjalan lancar,” ungkap Karlin.

Tim TPK kerap menghadapi tantangan berat saat memadamkan api di hutan gambut, terutama di musim kemarau. Ketua TPK Desa Buntoi, Jamal K Ganti (41), menegaskan bahwa kondisi kemarau sangat menyulitkan tim dalam melakukan tugas mereka. “Ketika memadamkan api tengah hutan kami berusaha mencari sumber air. Adanya pembuatan sumur bor dilokasi yang strategis ini sangat membantu, terutama saat memadamkan api, karena kami bisa langsung mendapatkan air,” jelas Jamal.

Lokasi pembangunan sumur bor telah ditentukan oleh tim GIS (Geographic Information System) dari PTEHG. Sumur-sumur ini tersebar di setiap desa pada areal Hutan Desa dan Hutan Produksi dengan mempertimbangkan lokasi rawan karhutla pada tahun-tahun sebelumnya untuk mendukung kebutuhan akses air di lokasi strategis. Tidak ada desa yang diprioritaskan, karena keempat desa dianggap memiliki tantangan yang serupa dalam menghadapi kebakaran hutan gambut terutama pada musim kemarau.

Koordinator tim GIS, Bayu Saputro, menjelaskan metode pemilihan lokasi, “Kami melakukan analisis spasial untuk menentukan titik sumur bor, terutama di lokasi yang rawan kebakaran pada tahun-tahun sebelumnya. Titik ini juga dipilih dengan mempertimbangkan jarak optimal jauh dari sumber air agar mudah diakses oleh tim patroli kebakaran,” ujarnya.

Pembuatan sumur bor tahap kedua dimulai pada bulan Agustus dan selesai September 2024. Aktivitas tersebut merupakan kelanjutan dari tahap pertama yang telah dilakukan dalam satu tahun terakhir. Agenda penyelesaian pembuatan sumur bor dilakukan secara bertahap, sementara tim lapangan memastikan pengerjaan sesuai jadwal yang telah disusun.

Dari awal perencanaan program PTEHG, sumur bor telah dirancang sebagai solusi untuk menghadapi tantangan kebakaran hutan gambut. Kebakaran sebelumnya menunjukkan bahwa akses ke sumber air, seperti sungai, menjadi kendala signifikan, terutama saat musim kemarau ketika debit air sungai menurun drastis. Dengan adanya sumur bor, tim patroli memiliki sumber air yang lebih mudah dijangkau untuk mendukung pemadaman dini.

Pembuatan sumur bor dilakukan oleh tim bentukan dari LPHD yang terdiri dari tujuh orang. Prosesnya melibatkan penggunaan pipa besi untuk pengeboran hingga kedalaman 18 hingga 22 meter, pembersihan kualitas dan debit air dengan pengurasan menggunakan mesin sedot air. Pipa sumur bor yang dipasang berupa paralon untuk memastikan aliran air yang stabil. Secara teknis, LPHD bertanggung jawab atas pengerjaan pembuatan sumur bor, sedangkan perawatan sumur bor dilakukan oleh tim TPK secara berkala setiap tiga bulan sekali. Perawatan ini meliputi pengurasan sumur bot untuk menjaga kebersihan dan memastikan pasokan air tetap optimal.

Pembangunan sumur bor tidak hanya mendukung kesiapsiagaan dalam pencegahan kebakaran hutan gambut, tetapi juga meningkatkan efektivitas program perhutanan sosial di kawasan tersebut. Infrastruktur ini memungkinkan keberlanjutan ekonomi lokal, terutama melalui kegiatan masyarakat sekitar termasuk (Kelompok Usaha Perhutanan Sosial) KUPS yang bergantung pada akses dan sumber daya alam terhadap kelestarian hutan desa.

Penulis: Aris

Editor: JW dan Kis

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *