Dibawah sinar matahari yang menyengat, terlihat sosok tegap dengan setengah wajahnya yang tertutupi oleh topi dan raut wajah yang penuh keinginan mengalahkan api yang menyebabkan kebakaran. Dia adalah Candra (38 Tahun) yang dipercaya oleh rekan timnya sebagai Ketua Tim Patroli Karhutla (TPK) Kelurahan Kalawa yang mengabdikan diri untuk menghalau dan membinasakan api agar tidak terjadi Karhutla.
Merujuk data NASA Firms mencatat per-Oktober 2023 luas areal yang terbakar seluas 642.000 hektare yang terjadi pada 37 provinsi dan sekitar 3.431 penangamam kebakaran. Nyaris setiap tahun dilanda kebakaran hutan dan lahan, kawasan rawan di Kalimantan Tengah masih terkendala akses jalan dan air untuk memadamkan api. Setiap kota/kabupaten diminta proaktif meminimalkan dampak karhutla ini. [i]
Kebakaran juga terjadi di Kalawa (31/08), kronologi kebakaran yang terjadi dimulai dari informasi anggota tim patroli yang menyampaikan bahwa ada titik api di sekitar Hutan Desa Kalawa. Menurut Candra selaku ketua TPK Kalawa menyatakan bahwa Ketika mendengar informasi tersebut, tim langsung koordinasi dan berkumpul untuk persiapan membawa peralatan menuju lokasi. Sebelumnya tim patroli yang sudah merintis jalur sehingga lebih mudah dilewati. Beruntungnya sampai di lokasi, api sudah dilokalisir oleh anggota tim yang telah stand by patroli.
“Lokasi terbakar sangat jauh dari sumber air, tim mencari sumber air dan sepanjang kami berjalan kondisi sungai kering dan tidak air, bahkan tim harus berjalan kaki sepanjang 1, 4 Km untuk menemukan sumber air dan kami melakukan strategi untuk menampung air di sungai kering yang terdekat dengan titik api. Akhirnya kami membawa air ke dalam tas waterproof yang kapasitas 10 liter dan kami bolak balik menampung sembari memadamkan api yang menyala” Ujar Candra.
Kendati demikian, walaupun api sudah dilokalisir masih terdapat bara api yang berasap dari dalam tanah. Lebih lanjut Candra menjelaskan bahwa TPK Kalawa berupaya untuk menggali tanah yang berasap kemudian menyiram dan membasahi tanah.
“Kebakaran di gambut perlu upaya yang lebih keras lagi, gambut jika tidak gali dan disiram air maka api dan bara tidak akan padam bahkan akan menyala kembali sehingga bisa dipadamkan total. Hal itu memang membutuhkan waktu dan usaha yang luar bisa bahkan tim melakukan penggalian dan pembasahan sampai 2 jam” tutur Candra.
Tidak berapa lama, selang beberapa hari kebakaran yang kedua terjadi di Kalawa. Informasi yang didapatkan dari Masyarakat bahwa kebakaran terjadi di lokasi Handel Buluh 2 tepatnya di sekitar kebun Masyarakat dekat Hutan Produksi.
Menurut Candra Ketua TPK Kalawa, timnya langsung bertindak menuju lokasi dan kondisinya api sudah dilokalisir oleh Masyarakat yang berkebun disana. Selanjutnya, TPK Kalawa melakukan pembasahan dan pendinginan lokasi yang terbakar agar padam total. Belajar dari kebakaran pertama, kami langsung identifikasi sumber air di sekitar hutan agar memudahkan kami Ketika sudah mengetahui lokasi sumber air saat pemadaman.
“Penyebab kebakaran pertama memang murni gambut yang secara alami terbakar, tapi penyebab kebakaran kedua ternyata karena kelalaian pekebun karet yang membakar semut (jika digigit sangat gatal sampai bisa meriang) dengan api kemudian api menjalar dan melahap kayu busuk yang kering dan menyebabkan api semakin membesar sehingga kebakaran terjadi” Ujar Candra.
Lebih lanjut, Candra menyampaikan bahwa tim patroli selalu memberikan penyuluhan dan peringatan kepada Masyarakat bahwa kebakaran yang disengaja akan ditindak pidana dan janganlah berani bermain api apalagi musim kemarau.
“Walaupun capeknya luar biasa, gak tau siang atau malam. Makan atau tidak makan, kami tidak peduli hal itu, kami tim patroli siap siaga, satu hal yang penting dan menjadi utama kami adalah kami harus memadamkan api jika terjadi kebakaran” tutur Candra.
Sumber:
Wawancara dengan Ketua TPK Kalawa
Laporan kegiatan TPK Kalawa
[i] NASA Firms
Penulis: Alma Tiara
Editor: Yudha
Add a Comment