Sumber pendapatan 4 desa (Gohong, Mantaren I, Buntoi, Kalawa) di Kecamatan Kahayan Hilir, Kalimantan Tengah dapat berasal dari berbagai sumber dan sektor, tergantung pada karakteristik ekonomi dan aktivitas masyarakat di daerah tersebut. Beberapa potensi sumber pendapatan masyarakat di desa tersebut.
Sumber pendapatan masyarakat Desa Buntoi yaitu berasal dari bidang pertanian (75%), perikanan (5%), peternakan (15%), kayu (3%), dan HHBK (2%). Sumber pendapatan masyarakat Desa Buntoi mencapai 75% berasal dari bidang pertanian khususnya menyadap karet. Pekerjaan menyadap karet adalah penyumbang terbesar pendapatan rumah tangga di Desa Buntoi. Petani menjual hasil karet dengan harga karet Rp.6.000,00- s/d Rp.6.500,00-/kg. Pendapatan hasil menyadap karet sekitar Rp. 2.000.000,00-/bulan.
Kegiatan ekonomi masyarakat Desa Buntoi mayoritas bekerja sebagai penyadap karet baik di perkebunan karet milik sendiri maupun milik orang lain. Untuk sekarang tidak ada lagi masyarakat yang bertani dengan metode ladang berpindah dan kegiatan menebang kayu di hutan desa. Masyarakat menangkap ikan di handel dan kolektor, serta mengumpulkan HHBK (madu) dari hutan desa. Madu yang dipanen dijual dengan harga Rp.150.000,00-/botol dengan volume 600 ml. Biasanya madu dijual pada saat musim kemarau karena banyak ditemukan madu hutan. Jumlah produksi madu yang diperoleh dalam satu sarang lebah rata-rata mencapai 5 botol madu. Musim madu biasanya terjadi pada bulan Agustus hingga Oktober, dengan total produksi madu mencapai 5 – 20 liter. Lokasi mencari madu ada di hutan desa dan kebun karet. Pohon yang biasa digunakan madu lebah bersarang adalah pohon tanggiran. Populasi lebah madu makin berkurang. Bahkan di Pulau Mintin, terakhir kali panen madu terjadi pada tahun 1970-an.
Mayoritas masyarakat Desa Gohong bekerja sebagai penyadap karet, baik di perkebunan karet milik sendiri maupun milik orang lain. Saat ini, tidak ada lagi masyarakat yang bertani dengan metode ladang berpindah. Masyarakat menangkap ikan, mengumpulkan HHBK (madu), dan berburu di dalam handel atau sei yang mudah diakses. Sumber pendapatan masyarakat Desa Gohong mencapai 90% berasal dari menyadap karet. Pekerjaan menyadap karet adalah penyumbang terbesar pendapatan rumah tangga di Desa Gohong. Sumber pendapatan dari menyadap karet tersebut menyumbang pendapatan rumah tangga per tahunnya mencapai 70% dari total penghasilan. Sumber pendapatan lain ialah budidaya ikan patin dan kerajinan sebesar 30%. Kedua sumber pendapatan tersebut menyumbang pendapatan rumah tangga per tahunnya sebesar 20%.
Produksi dan pendapatan tahunan dari komoditas pertanian didapatkan dari panen karet. Pendapatan dari karet per tahun dalam 1 keluarga untuk petani kecil sebanyak Rp.12.000.000,00- s.d 18.000.000,00-. Angka tersebut didapatkan dari perhitungan setiap harinya 1 keluarga rata-rata mengumpulkan karet sebanyak 10 – 15 kg. Getah karet tersebut dijual ke tengkulak dengan harga sebesar Rp. 4.000,00 s.d Rp. 5.000,00-/kg. Ikan patin dipanen 2 kali dalam setahun dengan volume setiap panen 100 kg. Harga ikan patin sebesar Rp 20.000/kg sehingga menyumbang pendapatan dalam setahun sebesar Rp 4.000.000. Ikan seluang dipanen setiap bulan dengan volume setiap panen 40 kg.
Kegiatan kerajinan anyaman rotan rata-rata ditekuni oleh kaum perempuan (kelompok pengrajin perempuan) baik dari yang usia muda maupun ibu-ibu rumah tangga yang sudah relatif tua. Kelompok Perajin Rotan Uwei Pambelum, di Desa Gohong misalnya telah menekuni kerajinan rotan secara turun-temurun yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Berdasarkan persentase sumber pendapatan masyarakat Kelurahan Kalawa yaitu Pertanian/ perkebunan (85%), perikanan sebesar 5%, dan lainnya 10%. Rata-rata masyarakat memiliki lebih dari satu sumber pendapatan. Masyarakat yang menyadap karet menghasilkan produksi getah karet sebanyak 4 kuintal. setiap hari dengan harga jual Rp. 7.500,00-/kg dalam bentuk lump (mangkok). Selain itu, juga terdapat budidaya berbagai jenis tanaman sayur-sayuran seperti kangkung, timun, dan buah-buahan seperti semangka dan pisang. Selanjutnya, pendapatan dari menjual kayu seperti Kayu Galam biasanya digunakan sebagai bahan bangunan atau dijual ke daerah lain melalui penampung yang ada di kelurahan. Harga jual kayu galam dari petani ke penampung di Kelurahan Kalawa bervariasi tergantung ukuran (diameter). Sekali panen menghasilkan 40 pohon/panen, kayu dengan diameter 5-6/pohon/batang/panen, dalam 1 kubik (15 batang) dengan sekali berangkat Rp. 150.000. Pohon Galam didapatkan dari lahan masyarakat dan jika dijual harganya 12.000.000 atau sekali angkat sekitar Rp. 200.000-Rp. 300.000 atau Rp. 3.000/pohon.
HHBK yang dipanen berupa madu hutan dan madu kelulut. Madu hutan merupakan salah satu jenis HHBK yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Namun demikian, produksi madu hutan ini tidak menentu dan sudah sangat jarang dijumpai karena pohon tempat lebah membuat sarang sudah banyak yang terbakar. Tidak ada warga yang secara khusus berprofesi sebagai pencari madu. Produksi madu hutan biasanya hanya untuk dikonsumsi sendiri, namun ada juga yang dijual. Madu hutan dan madu kelulut dipanen pada musim kemarau. Biasanya kedua madu ini dikonsumsi sendiri. Setiap kali panen menghasilkan 20 botol (ukuran 1 botol = 1 liter). Jika dijual, harga madu mencapai 300.000/liter/botol.
Berdasarkan persentase sumber pendapatan masyarakat Desa Mantaren I yaitu pertanian (75%), peternakan dan perikanan sebesar 10%, dan lainnya 33%. Produksi dan pendapatan tahunan dari setiap jenis pangan utama dan hasil bumi yaitu padi, singkong, dan ubi jalar. Produksi padi per tahun dalam 1 borong (setara 17 m x 17 m, 1 ha = 35 borong) sebanyak 5 kaleng gabah kering, atau setara dengan 50 kg (1 kaleng = 10 kg), dengan harga jual Rp. 15.000/kg. Total luas sawah masyarakat seluas 250 ha. Produksi singkong terbagi dalam 2 jenis, yaitu jenis singkong biasa dengan masa panen 4 bulan, dan singkong kristal dengan masa panen 8 bulan. Jumlah produksi dalam 1 borong mencapai 150 pohon, rata-rata produksi sebanyak 5 kg/pohon, harga jual Rp. 15.000/kg.
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) utama yang dipanen dari hutan ialah karet, madu hutan, tanaman herbal bajakah (jenis merah, putih, kuning), dan rotan. Diperkirakan sekitar 30 % dari masyarakat Desa Mantaren I adalah petani karet. Jumlah pohon karet dalam 1 ha sebanyak 750 pohon, dapat menghasilkan produksi getah karet sebanyak 25 kg setiap kali menorah dengan harga jual Rp. 9.000/kg dalam bentuk lump (mangkok). Dalam sebulan, aktivitas menoreh/menyadap getah karet dilakukan selama 20 hari, yang berarti bahwa total pendapatan petani dalam sebulan mencapai Rp. 4.500.000.
Sumber pendapatan masyarakat dapat beragam dan berubah seiring waktu. Data sosial dan ekonomi 4 desa ini merupakan program kegiatan yang telah dilaksanakan oleh KPSHK Bersama konsultan pada kegiatan penggalian data CCB (The Climate, Community & Biodiversity) di Kahayan Hilir pada Tahun 2022.
Penulis: Alma
Editor: Yudha
Add a Comment